Tuesday, March 2, 2010

Wasiat Emas Imam Abu Hanifah




Abu Hanifah memiliki murid bernama Yusuf bin Khalid As-Simani, ketika telah merasa cukup dalam menuntut ilmu kepada Abu Hanifah, ia bermaksud kembali ke Basrah. Abu Hanifah berkata kepadannya, “Jangan Kembali dahulu sebelum aku membekali kamu dengan wasiat yang akan kamu butuhkan dalam berinteraksi dengan masyarakat, membina pribadi dan menata, umat sehingga jika kamu keluar dengan ilmu yang kamu miliki tersebut, kamu menimbangnya dan tidak mencelanya”.


Berikut ini wasiat emas sebagai pembekalan, para ulama menamakannya, “Wasiat Emas”


“Jika kamu salah dalam berinteraksi dengan masyarakat mereka akan menjadi musuhmu, sekalipun mereka bapa dan ibumu, tapi jika kamu berinteraksi dengan baik sekalipun mereka bukan kerabatmu akan menjadi bapa dan ibumu.


Jika kamu telah masuk Basrah, orang akan menjemput, mengunjungi serta mengetahui dengan persis hak-hak kamu, maka posisikan tiap-tiap individu sesuai dengan kedudukan mereka, hormatilah orang-orang terhormat, muliakan para ulama, hormati orang-orang tua, bersahabatlah dengan lemah lembut, dekatilah orang-orang awam, pergaulilah orang-orang baik, jangan menghina siapa pun, dan jangan membuka rahsia kamu kepada siapa pun, jangan mempercayai siapa pun sebelum mengujinya, jangan menerima hadiah.


Sebaiknya kamu mengikuti kamahuan masyarakat, sabar, baik budi pekerti, lapang dada, berpenampilan baik, perbanyak memakai minyak wangi, berlemah lembut, tidak banyak mencela sehingga sulit untuk berbuat adil, peliharalah solatmu, sedekahkan makananmu, kerana orang bakhil tidak boleh dijadikan pemimpin, kunjungi orang yang mengunjungi kamu.


Dan berbuatlah baik terhadap orang yang berbuat baik bahkan terhadap orang yang berlaku buruk padamu, carilah ilmu, beramar ma’ruf, tinggalkan seluruh orang yang menyakitimu, jenguklah sendiri temanmu yang sakit, carilah tahu tentang temanmu yang lama tidak kamu jumpai, terhadap kawan yang tidak mau tahu tentang kamu jangan sampai kamu tidak mahu tahu tentang dia, sambunglah silaturrahim terhadap orang yang memutuskannya, hormati siapa pun yang datang kepadamu, ucapkan selamat kepada kawamu yang sedang mendapatkan kebahagiaan, ikutlah bersedih terhadap yang sedang ditimpa musibah, dan terhadap yang tertimpa musibah kamu ikut merasakan sakit bersamanya.


Siapa pun yang mendorongmu untuk bangkit maka bangkitlah bersamanya, dan siapa saja yang meminta pertolonganmu maka tolonglah, tunjukkan empatimu terhadap masyarakat seboleh yang kamu mampu, tebarkan salam.


Jika kamu bertemu dengan mereka dalam tempat yang berbeda, atau dalam satu masjid, lalu dilontarkan masalah dan ternyata apa yang disampaikan itu berbeda dengan pendapatmu, jangan berkomentar, tapi jika kamu ditanya lalu kamu mendiskripsikan apa yang diketahui mereka lalu kamu berpendapat selain itu dengan mengatakan alasan begini, jika mereka mendengarkan apa yang kamu sampaikan itu mereka akan segera menilai kedudukan dan kredebilitasmu.


Perlakukan manusia sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri, redhalah seperti kamu redha terhadap dirimu sendiri, mintalah pertolongan kepada dirimu dengan menjaganya dan mengontrol kondisinya, janganlah membebani manusia sesuatu apa yang tidak mereka bebankan kepadamu, kedepankan niat baik kepada mereka, pakailah kejujuran, buanglah kebongkakkan jauh-jauh, jangan sekali-kali kamu berkhianat walaupun mereka mengkhianati kamu, berpegang teguhlah dengan kesetiaan dan ketaqwaan, Allah akan selalu bersamamu.”

1 comment:

  1. Assalamu 'alaikum.

    Salam kenal. Postingan Anda bagus. Apalagi kalimat pembuka di awal halaman blog ini begitu puitis. Sampai harus membuat saya minta izin kepada Anda untuk mengutip untaian kalimat indah itu ke dalam tulisan saya. Semoga Anda tidak keberatan.

    Salam,

    Hamba Allah.

    ReplyDelete